Jakarta, malangterkini.id - Penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta menambah daftar pabrik yang perlahan-lahan kolaps. Penutupan pabrik tidak hanya terjadi pada industri alas kaki, tetapi juga pada industri tekstil serta produk tekstil (TPT).
Meskipun
pabrik-pabrik di sektor ini tidak tutup, mereka dilaporkan menerapkan sejumlah
pemutusan hubungan kerja (PHK) sebelum melakukan PHK, tapi mereka dengan cepat
mengurangi jumlah karyawan dan beberapa pabrik tidak melanjutkan kontraknya.
Tren PHK di pabrik
sepatu diperkirakan akan terus berlanjut. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh
organisasi pengusaha serta pekerja.
Banyak pabrik sepatu
yang akan memberhentikan ribuan pekerjanya setidaknya pada tahun 2023, menurut
Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN). Seperti PT Parkland World
Indonesia (PWI) 1 di Kabupaten Serang, Provinsi Banten yang melakukan PHK sekitar 5.000 karyawan.
Berikutnya, PT Panarub Industri di Tangerang, Provinsi Banten, melakukan PHK
sekitar 1.400 karyawan. Bukan itu saja.
PT Nikomas Gemilang
juga menawarkan PHK secara sukarela kepada sekitar 1.600 karyawan. Dan
Aprisindo mencontohkan, PT Victory Chingluh di Pasar Kemis, provinsi Tangerang,
berencana memangkas sekitar 5.000 pekerja pada tahun 2022.
Namun Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) berpendapat lain.
Industrinya saat ini
sedang berkembang serta dikatakan cocok untuk investasi. Padahal, bertujuan
untuk menopang perekonomian Indonesia.
Adie Rochmanto
Pandiangan, Direktur Jenderal Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki (ITKAK),
Kementerian Perindustrian, mengatakan industri kulit, barang dari kulit, serta
alas kaki dan industri tekstil serta pakaian jadi akan tumbuh positif pada
triwulan I tahun 2024.
Dengan demikian,
pertumbuhan kedua subsektor tersebut pada periode yang sama masing-masing
sebesar 5,90 persen (YoY) dan 2,64 persen (YoY) (berdasarkan data BPS).
“Perbaikan kinerja
ini juga akan membantu meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap
pertumbuhan ekonomi yakni sebesar 19,28 persen (yoy) atau dibandingkan 18,57
persen (yoy) pada periode yang sama
tahun 2023,” kata Adi secara resmi dalam keterangannya yang dikutip,
Rabu (15 Mei 2024).
"Artinya,
manufaktur masih menjadi penggerak utama
perekonomian Indonesia," tambahnya.
Menurut dia,
pertumbuhan tersebut didorong oleh kuatnya permintaan eksternal dan domestik.
“Pada triwulan
pertama tahun 2024, permintaan asing terhadap tekstil, pakaian serta alas kaki mencatat peningkatan volume:
7,34 persen (yoy) untuk tekstil; 3,08 persen (yoy) untuk pakaian jadi); serta
12,56 persen (yoy) dalam hal sepatu,” ujarnya.
“Selain pesanan
ekspor, stabilitas konsumsi rumah tangga dalam negeri juga menjadi penopang
pertumbuhan industri tekstil, sandang, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.
Selain pemilu 2024, hari libur nasional, dan cuti bersama juga ada hari raya
Idul Fitri , dll,” katanya.
Terkait kinerja
investasi, ia menambahkan, jumlah investasi pada industri kulit, industri
barang dan alas kaki dari kulit, serta industri tekstil serta pakaian jadi juga
meningkat.
Dijelaskannya, jumlah
investasi di sektor ini semakin meningkat dan mencapai Rp 24,6 triliun pada
tahun 2022 dan Rp 27,9 triliun pada tahun 2023.
Dan pada triwulan I
tahun 2024, investasi pada industri kulit, barang dan alas kaki dari kulit,
industri tekstil dan pakaian jadi diperkirakan mencapai Rp 6,9 triliun.
“Pada periode
2022-2024, pangsa investasi rata-rata 40% pada industri tekstil, 20% pada
industri sandang, dan 40% pada industri kulit, barang dari kulit, dan alas
kaki. Hal ini mungkin mengindikasikan bahwa produktivitas industri tekstil,
pakaian, dan alas kaki masih menjanjikan,” ujarnya.
“Bahkan, industri
pakaian serta alas kaki dilaporkan
kesulitan mendapatkan pekerja seiring
dengan peningkatan produksi. Beberapa usaha kecil dan menengah di Jawa Barat
saat ini juga kesulitan mencari penjahit. Begitu pula dengan industri alas kaki baru yang juga berinvestasi di
Indramayu. Tetapi akan sangat sulit memenuhi kebutuhan 5.000 orang,” tambah Adie.
Adie optimis kedua
industri ini akan terus tumbuh, apalagi dengan adanya Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor 36 Tahun
2023 tentang Kebijakan dan Penganturan Impor. Saat ini telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2024.
"Kementerian
Perindustrian optimis pertumbuhan industri tekstil, kulit, serta alas kaki akan
semakin meningkat apabila pencegahan dan
konservasi pakaian bekas serta pengawasan pasar semakin diperkuat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku terhadap barang impor.
Apakah PHK akan terus berlanjut?
Yonki Komaladi,
Pendiri dan CEO PT Sumber Kreasi Fumiko, menilai nasib serupa tidak hanya
menimpa Bata, tapi juga pabrik sepatu lain di Tanah Air nasib serupa.
“Saya kira begitu
(pabrik lain menyusul Bata). Banyak
pabrik IKM yang tidak mampu lagi, tenaga kerjanya berkurang, sulit
menjual secara lokal, serta tidak banyak pabrik IKM lokal yang mau. Bangun
brand tapi gagal,” ujarnya di acara “Profit” CNBC Indonesia.
Oleh karena itu,
diharapkan respons pemerintah terhadap penutupan pabrik Bata tidak hanya
bersifat sementara. Karena, imbuhnya, bisa dibayangkan bagaimana nasib para
pelaku usaha kecil alas kaki di Tanah Air jika pabrik sebesar Bata roboh.
Ia berharap
pemerintah mengklarifikasi penyebab situasi industri alas kaki saat ini dan
segera mengambil tindakan proaktif. Salah satu sarannya, pemerintah tidak hanya
mempromosikan produk IKM di pameran, tapi juga memperkuat branding produk
lokal. Kami juga memperjuangkan kecintaan kami terhadap produk lokal.
"Di sisi lain,
IKM juga perlu mengubah pola pikirnya. Jangan menunggu bola, tunggu kesempatan.
Tapi harus menjemput bolanya,” kata Yongki.
Sementara itu, Ketua
Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan, setelah
dilakukan PHK di banyak pabrik sepatu di Tanah Air, para karyawan yang tersisa tetap bekerja seperti biasa.
''Tapi ada juga
tawaran pemberhentian,'' kata Ristadi.
Ia mengatakan,
puluhan pekerja yang tergabung dalam KSPN saat ini bekerja di pabrik sepatu
tersebut. Tersebar di Banten, Bandung, dan Jepara.