GfC8TSAlTSGoTUAoTfz7GpA9TA==

Pandai Besi Muda Malang Menjaga Tradisi Warisan Leluhur di Era Modern

Malang, malangterkini.id - Di tengah hiruk pikuk Kota Malang yang modern, Muhammad Alan, pemuda berusia 21 tahun, memilih jalan hidup yang berbeda. Ia menekuni keahlian menempa besi secara tradisional, sebuah warisan turun temurun dari keluarganya selama lima generasi.

Bengkel kerjanya, Pandai Besi Ngujil, yang terletak di Jalan Binor Bawah 8 B RT 10 RW 14 Kecamatan Blimbing, Kota Malang, menjadi saksi bisu dedikasi Alan dalam melestarikan tradisi. Saat ditemui, ia tengah sibuk menyelesaikan pesanan pisau potong hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 2024.

"Ilmu ini diwariskan dari mbah buyut, mbah, bapak, dan sekarang saya yang meneruskannya. Saya belajarnya sejak usia 11 tahun," tutur Alan kepada TribunJatim.com, Minggu (9/6/2024).

Ketertarikan Alan pada dunia pandai besi semakin kuat seiring waktu. Ia pun memantapkan tekadnya untuk meneruskan tradisi keluarga ini. "Lama-lama kok tertarik, akhirnya saya teruskan hingga sekarang," ujarnya.

Menjelang Idul Adha, permintaan pisau potong hewan kurban meningkat pesat. Alan dibantu kakek dan seorang karyawan untuk menyelesaikan pesanan. "Saya membuatnya tergantung pesanan, tapi rata-rata sehari bisa buat 5 golok," ungkapnya.

Pisau buatan Alan tak hanya terkenal di Malang Raya, tetapi juga hingga ke Jakarta dan Surabaya. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 400 ribu, tergantung jenis dan kerumitan pembuatannya.

Ketajaman dan ketahanan perkakas buatan Alan menjadi jaminan bagi para pelanggannya. "Saya jamin, perkakasnya tahan lama dan tidak mudah bengkok," tegasnya.

Selain melayani pembuatan baru, Alan juga menerima jasa servis perkakas dengan harga Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung jenis kerusakan. Biasanya, pelanggan meminta bantuan untuk menajamkan kembali perkakas mereka.

Membuat perkakas dari besi bukan perkara mudah. Diperlukan kesabaran dan keahlian khusus. "Besinya dipanaskan sampai merah menyala, lalu ditempa berulang-ulang, dikikir dan diluruskan. Setelah itu digerinda dan dihaluskan, baru digerinda lagi sampai kilap," jelas Alan, yang merupakan alumnus SMK Kesehatan Adi Husada Kota Malang.

Alan bertekad untuk terus melestarikan profesi pandai besi ini. Ia sadar bahwa keahlian ini semakin langka di era modern, dan ia ingin menjadi penerus tradisi keluarganya.

"Untuk saat ini dan kedepannya, masih belum terpikir mencari pekerjaan lainnya. Masih fokus ke pandai besi, apalagi ini usaha turun temurun, sayang kalau tidak diteruskan," tandasnya.

Kisah Alan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tetap menghargai tradisi dan budaya leluhur, bahkan di tengah gempuran modernisasi. Kegigihan dan dedikasi Alan dalam menjaga warisan keluarganya patut diapresiasi dan dilestarikan.

Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network
Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network
Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network

Ketik kata kunci lalu Enter

close
pasang iklan media online nasional pewarta network