Malang, malangterkini.id - Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, masyarakat di sekitar kawasan wisata religi Ki Ageng Gribig, Kota Malang, menggelar tradisi unik yang telah diwariskan secara turun-temurun, yaitu mengarak gunungan apem. Tradisi ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga mengandung makna mendalam sebagai bentuk persiapan spiritual dan sosial dalam menyambut bulan penuh berkah.
Gunungan apem, yang merupakan tumpukan kue apem yang disusun menyerupai gunung, diarak oleh warga dengan berjalan kaki menuju makam Ki Ageng Gribig. Suasana khidmat dan meriah terasa sepanjang perjalanan, dengan lantunan doa dan shalawat mengiringi langkah para peserta. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut serta dalam kirab ini, menunjukkan semangat kebersamaan dan pelestarian tradisi antar generasi.
Devi Nur Hadianto, Ketua Pokdarwis Pesarean Ki Ageng Gribig, menjelaskan bahwa kirab gunungan apem ini adalah wujud konsistensi masyarakat dalam menyambut Ramadan dengan penuh suka cita. Apem, kue tradisional yang sederhana namun sarat makna, dipilih sebagai simbol karena mencerminkan kesederhanaan dan keikhlasan.
"Kami ingin menunjukkan bahwa Ramadan harus disambut dengan kegembiraan dan kedamaian. Apem, sebagai kue yang mudah dibuat dan memiliki makna mendalam, menjadi simbol yang tepat untuk itu," ujar Devi.
Lebih lanjut, Devi menjelaskan bahwa apem memiliki makna sebagai permohonan maaf kepada sesama. Tradisi ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk saling memaafkan, membersihkan hati, dan mempersiapkan diri menyambut Ramadan dengan hati yang damai dan tenang.
"Konsep apem adalah permohonan maaf. Melalui tradisi ini, kami ingin mengingatkan diri sendiri dan orang lain untuk saling memaafkan, menyadari kesalahan, dan memulai Ramadan dengan hati yang bersih," tutur Devi.
Ratusan kue apem yang diarak dalam gunungan tersebut merupakan hasil karya ibu-ibu di sekitar pesarean Ki Ageng Gribig. Mereka secara gotong royong membuat apem dengan bahan baku sekitar 15 kilogram. Setelah kirab selesai, apem-apem tersebut dibagikan kepada para peziarah dan warga sebagai bentuk berbagi kebahagiaan dan keberkahan.
"Kirab ini juga berfungsi sebagai syiar, mengingatkan masyarakat akan datangnya Ramadan. Kami ingin mengajak semua orang untuk menyambut bulan suci ini dengan penuh persiapan dan kegembiraan," ungkap Devi.
Tradisi membuat dan mengarak gunungan apem dalam menyambut Ramadan telah menjadi kegiatan rutin masyarakat sekitar makam Ki Ageng Gribig sejak tahun 2020. Kegiatan yang dikenal dengan istilah "megengan" ini diikuti oleh sebagian besar warga di lingkungan pesarean Ki Ageng Gribig.
"Megengan dengan kirab apem ini adalah tradisi yang telah kami laksanakan secara rutin sejak tahun 2020. Ini adalah bentuk syukur dan kegembiraan kami dalam menyambut Ramadan," pungkas Devi.
Dengan demikian, tradisi mengarak gunungan apem di kawasan wisata religi Ki Ageng Gribig bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan wujud nyata dari nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan persiapan spiritual dalam menyambut bulan suci Ramadan.