Malang, malangterkini.id - Kasus dugaan korupsi yang melibatkan PT Pertamina Patra Niaga terkait pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dengan Pertalite telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kepercayaan masyarakat, khususnya di wilayah Kota Malang, Jawa Timur. Kejadian ini memicu perubahan perilaku konsumen, di mana banyak yang beralih ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik pesaing Pertamina. Akibatnya, SPBU-SPBU tersebut mengalami lonjakan jumlah pelanggan, bahkan sampai terjadi antrean panjang yang mengular.
Fenomena ini terekam dalam beberapa video amatir yang kemudian viral di berbagai platform media sosial. Dalam video-video tersebut, terlihat jelas antrean kendaraan yang mengular di SPBU pesaing Pertamina, seperti SPBU BP di kawasan Rampal dan SPBU Shell di Jalan Kawi, Kota Malang. Antrean panjang ini menjadi bukti nyata adanya peralihan konsumen yang mencari alternatif di tengah isu yang meresahkan tersebut.
Menanggapi situasi ini, Sales Area Manager Pertamina Depo Malang, Alam Kanda, mengakui adanya penurunan jumlah pembelian Pertamax di beberapa SPBU Pertamina di wilayah Malang Raya. Ia menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh adanya konsumen yang beralih ke SPBU pesaing. Namun, Alam Kanda menegaskan bahwa angka penurunan tersebut tidak terlalu signifikan secara keseluruhan.
"Penurunan pembelian terutama terasa di SPBU, kita tidak pungkiri itu, karena ada konsumen yang melakukan switching ke SPBU pesaing, namun sejauh ini secara angka di lapangan sih, tidak terlalu signifikan ya turunnya," ujar Alam Kanda pada Selasa, 4 Maret 2025.
Alam Kanda lebih lanjut menjelaskan bahwa penurunan angka pembelian Pertamax ini mayoritas terjadi di SPBU yang berlokasi di Kota Malang, terutama yang berdekatan dengan SPBU pesaing. "Untuk SPBU yang dekat-dekat pesaing, terutama itu cukup tinggi ya penurunannya, bisa sampai di angka 20 persen, namun untuk SPBU-SPBU di Kabupaten Malang yang tidak ada pesaing itu di angka 3-5 persen," jelasnya.
Penurunan yang lebih signifikan di SPBU yang berdekatan dengan pesaing menunjukkan bahwa konsumen lebih sensitif terhadap isu ini ketika mereka memiliki alternatif yang mudah diakses. Keberadaan SPBU pesaing di lokasi yang strategis memberikan pilihan bagi konsumen yang merasa khawatir dengan kualitas BBM Pertamina.
Pertamina menyadari sepenuhnya adanya penurunan pembelian Pertamax ini. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas BBM secara berkala. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa BBM yang dijual sesuai dengan standar yang ditetapkan.
"Ini kami juga berusaha menjaga, dengan menunjukkan bahwasanya proses SOP kualitas dan kuantitas yang selama ini telah dijalankan itu bisa berjalan dengan baik, untuk menjamin, dan meningkatkan lagi kepercayaan masyarakat," ungkap Alam Kanda.
Selain itu, Pertamina juga berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan di SPBU-SPBU mereka. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik bagi konsumen dan membangun kembali kepercayaan mereka. "Memang fenomena ini terjadi, kami akui, namun kami juga akan menjaga dan meningkatkan kualitas di SPBU, termasuk dari segi pelayanannya," imbuhnya.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi Pertamina untuk lebih memperhatikan kualitas produk dan pelayanan mereka. Kepercayaan masyarakat adalah aset yang sangat berharga, dan sekali hilang, akan sulit untuk dikembalikan. Oleh karena itu, Pertamina perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa kasus serupa tidak terulang di masa depan.
Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap distribusi dan penjualan BBM untuk mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan konsumen. Transparansi dalam proses distribusi dan penjualan BBM juga sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Di sisi lain, konsumen juga perlu lebih cerdas dalam memilih SPBU. Mereka perlu memperhatikan kualitas BBM dan pelayanan yang diberikan oleh SPBU. Dengan demikian, mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan terhindar dari kerugian.
Kejadian ini juga menunjukkan bahwa media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan informasi dan mempengaruhi opini publik. Dalam kasus ini, video-video yang viral di media sosial telah memicu perubahan perilaku konsumen.
Oleh karena itu, Pertamina perlu lebih aktif dalam berkomunikasi dengan masyarakat melalui media sosial. Mereka perlu memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang produk dan layanan mereka. Selain itu, mereka juga perlu menanggapi keluhan dan masukan dari konsumen dengan cepat dan efektif.
Dengan demikian, Pertamina dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan masyarakat dan mengembalikan kepercayaan mereka.