Malang, malangterkini.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang telah menyelesaikan pemeriksaan sampel takjil yang diambil dari para pedagang pada hari Rabu, 5 Maret lalu. Dari total 57 sampel makanan dan minuman yang diperiksa, ditemukan 10 sampel takjil yang tidak memenuhi standar kesehatan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Malang, drg. Muhammad Zamroni, menjelaskan bahwa puluhan sampel tersebut diambil dari 33 penjual takjil yang tersebar di 13 lokasi berbeda. Lokasi-lokasi tersebut meliputi pasar takjil di Jalan Surabaya, Jalan Soekarno-Hatta (Taman Krida), depan Bakso Kota Cak Man, dan Jalan Raya Mulyorejo (dekat Terminal Mulyorejo). Selain itu, sampel juga diambil dari pasar takjil di Jalan Bandulan Gang 5, Kelurahan Kauman, Kelurahan Arjosari, Jalan Cisadea, Kelurahan Polehan, Jalan Hamid Rusdi, hingga Jalan Lembayung.
"Kami melakukan pengecekan bakteriologis, kandungan formalin, boraks, rhodamin B atau pewarna merah, dan methanyl yellow atau pewarna kuning," jelas Zamroni pada hari Kamis, 7 Maret. Pengecekan bakteriologis dilakukan terhadap 25 sampel takjil, dan hasilnya menunjukkan bahwa 7 sampel mengandung bakteri Escherichia Coli, sementara 18 sampel lainnya memenuhi standar kesehatan.
Jenis sampel takjil yang tidak memenuhi standar tersebut antara lain kuah siomay, tahu gejrot, dan cilok. Menurut Zamroni, penyebab adanya bakteri Escherichia Coli dalam takjil dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tempat penyajian takjil yang berada di ruang terbuka, kebersihan penjual, peralatan yang digunakan, dan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan takjil.
Selanjutnya, pengecekan kandungan formalin dilakukan terhadap 22 sampel makanan, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada satu pun sampel takjil yang mengandung formalin. Demikian pula, dari 22 sampel yang diperiksa untuk kandungan boraks, semuanya dinyatakan aman. Pengecekan lain yang dilakukan adalah untuk mengetahui kandungan rhodamin B. Dari 25 sampel yang diperiksa, ditemukan 2 sampel yang mengandung rhodamin B, yaitu es blewah. "Yang terakhir, pengecekan kandungan methanyl yellow, ditemukan 1 dari 11 sampel yang mengandung pewarna kuning," ungkap Zamroni.
Dengan adanya temuan sampel takjil yang tidak memenuhi standar kesehatan, Dinkes Kota Malang bersama puskesmas akan segera turun kembali ke pasar takjil. Mereka akan fokus pada penjual-penjual yang sebelumnya terbukti menjual takjil dengan kandungan bakteri dan pewarna berbahaya. "Kami akan memberikan edukasi sekaligus memantau kembali penjual yang menjual takjil tidak sesuai standar kesehatan, apakah mereka sudah berbenah atau belum," tegas Zamroni.
Dinkes Kota Malang mengimbau kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih takjil yang akan dikonsumsi. Masyarakat diharapkan untuk memperhatikan kebersihan dan kualitas takjil yang dijual, serta memilih penjual yang terpercaya. Dinkes Kota Malang juga mengimbau kepada para pedagang takjil untuk selalu menjaga kebersihan dan kualitas takjil yang mereka jual, agar masyarakat dapat menikmati takjil yang sehat dan aman selama bulan Ramadan.
Kegiatan pemeriksaan sampel takjil ini merupakan bagian dari upaya Dinkes Kota Malang untuk menjaga kesehatan masyarakat selama bulan Ramadan. Dinkes Kota Malang akan terus melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap makanan dan minuman yang dijual di pasar takjil, untuk memastikan bahwa masyarakat mendapatkan takjil yang sehat dan aman.