Malang, malangterkini.id - Hujan deras yang mengguyur wilayah Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sejak pukul 11.00 WIB pada Jumat, 18 April 2025, mengakibatkan Sungai Kalibendo meluap dan menyebabkan banjir yang menggenangi belasan rumah warga. Ketinggian air dilaporkan mencapai 60 sentimeter, memaksa warga untuk berupaya menyelamatkan barang-barang berharga mereka dari terjangan air. Peristiwa ini menjadi pengingat akan potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi akibat curah hujan tinggi, terutama di wilayah yang rentan terhadap luapan sungai.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, mengonfirmasi bahwa setidaknya ada 12 rumah warga di Kelurahan Lawang yang terdampak oleh banjir luapan tersebut. Lebih lanjut, beliau menyampaikan melalui pesan singkat bahwa jumlah warga yang secara langsung merasakan dampak dari kejadian ini mencapai 37 jiwa. Meskipun rumah mereka terendam air, puluhan warga tersebut memilih untuk tetap tinggal di kediaman masing-masing dan tidak melakukan evakuasi ke tempat pengungsian. Keputusan ini kemungkinan didasari oleh keyakinan bahwa banjir akan segera surut, serta keinginan untuk menjaga harta benda mereka.
Benar saja, seiring dengan meredanya intensitas hujan beberapa waktu kemudian, genangan air akibat luapan Sungai Kalibendo berangsur-angsur surut. Kondisi ini tentu membawa kelegaan bagi warga yang terdampak, karena mereka tidak perlu meninggalkan rumah dalam waktu yang lama. Sadono Irawan juga memastikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa banjir luapan ini. Namun, kerugian material diperkirakan mencapai angka Rp 7 juta. Kerugian ini meliputi kerusakan perabot rumah tangga, peralatan elektronik, dan barang-barang lainnya yang terendam air. Meskipun jumlah kerugian ini mungkin tidak terlalu besar bagi sebagian orang, namun bagi warga yang terdampak, kehilangan ini tentu menjadi beban tersendiri.
Menyikapi kejadian ini, tim gabungan yang terdiri dari BPBD Kabupaten Malang, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang, serta unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) setempat bergerak cepat untuk memberikan bantuan kepada warga yang terdampak. Mereka bahu-membahu membantu proses evakuasi barang-barang warga ke tempat yang lebih aman saat banjir masih menggenangi rumah. Setelah banjir surut sekitar pukul 16.00 WIB, tim gabungan juga turut membantu membersihkan rumah-rumah warga dari sisa-sisa lumpur dan material lain yang terbawa oleh air banjir. Upaya tanggap cepat dan koordinasi yang baik antara berbagai pihak ini sangat penting dalam meminimalkan dampak negatif dari bencana dan mempercepat proses pemulihan bagi masyarakat yang terkena musibah.
Banjir luapan Sungai Kalibendo di Lawang ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Peristiwa ini menggarisbawahi pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana banjir, terutama saat musim hujan dengan intensitas tinggi. Beberapa faktor dapat menjadi penyebab terjadinya luapan sungai, antara lain curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat, kondisi drainase yang kurang memadai, penyempitan atau pendangkalan sungai, serta perubahan tata ruang di sekitar daerah aliran sungai (DAS).
Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, berbagai langkah mitigasi perlu dipertimbangkan. Pemerintah daerah dapat melakukanNormalisasi sungai, memperbaiki dan memelihara sistem drainase, serta melakukan penertiban bangunan yang berdiri di sempadan sungai. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko banjir dan cara-cara menghadapinya. Sosialisasi tentang tindakan pencegahan, evakuasi yang aman, serta pertolongan pertama pada korban banjir perlu terus dilakukan secara berkelanjutan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai juga perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama saat terjadi hujan lebat dalam waktu yang lama. Pemantauan kondisi sungai secara mandiri dan pelaporan dini kepada pihak berwenang jika terjadi tanda-tanda luapan dapat membantu mengurangi risiko dan dampak buruk yang mungkin terjadi. Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah ke sungai juga merupakan langkah penting dalam menjaga kelancaran aliran air dan mencegah terjadinya penyumbatan yang dapat memicu banjir.
Peran serta aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana sangatlah krusial. Kesadaran akan risiko bencana dan tindakan yang tepat saat menghadapinya dapat meminimalisir kerugian jiwa dan harta benda. Pemerintah daerah dan berbagai organisasi terkait perlu terus bersinergi dalam memberikan edukasi, pelatihan, dan simulasi kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi berbagai potensi bencana, termasuk banjir luapan.
Kejadian banjir di Lawang ini juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya perencanaan tata ruang yang memperhatikan aspek lingkungan dan risiko bencana. Pembangunan di sekitar daerah aliran sungai harus dilakukan dengan mempertimbangkan potensi terjadinya banjir dan dampaknya. Penerapan aturan terkait sempadan sungai dan daerah resapan air harus ditegakkan secara konsisten untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi risiko bencana hidrologi.
Selain upaya mitigasi dan pencegahan, penanganan pasca-bencana juga memegang peranan penting dalam memulihkan kondisi masyarakat yang terdampak. Bantuan logistik, pelayanan kesehatan, serta dukungan psikososial sangat dibutuhkan oleh para korban banjir. Pemerintah daerah, organisasi kemanusiaan, dan relawan perlu terus meningkatkan kapasitas dan koordinasi dalam memberikan bantuan yang cepat dan tepat sasaran kepada masyarakat yang mengalami musibah.
Evaluasi terhadap sistem peringatan dini banjir juga perlu dilakukan. Informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai potensi banjir dapat membantu masyarakat untuk melakukan persiapan dan evakuasi lebih awal, sehingga dapat mengurangi risiko kerugian yang lebih besar. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat dioptimalkan untuk menyampaikan informasi peringatan dini kepada masyarakat secara luas dan efektif.
Dalam konteks yang lebih luas, perubahan iklim juga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir. Peningkatan curah hujan ekstrem dan perubahan pola cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Oleh karena itu, upaya adaptasi terhadap perubahan iklim juga perlu menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam mengurangi risiko bencana di wilayah-wilayah yang rentan.
Kejadian di Lawang ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dalam menghadapi ancaman bencana. Dengan kesiapsiagaan, tindakan mitigasi yang tepat, serta respons yang cepat dan efektif saat terjadi bencana, diharapkan dampak buruk yang ditimbulkan dapat diminimalkan dan masyarakat dapat segera pulih dari keterpurukan. Bantuan dan solidaritas dari berbagai pihak juga menjadi modal sosial yang sangat berharga dalam proses pemulihan pasca-bencana. Semoga kejadian serupa tidak terulang kembali dan wilayah Lawang serta daerah lainnya di Kabupaten Malang dapat lebih aman dan tangguh dalam menghadapi potensi bencana di masa depan.