Malang, malangterkini.id - Malang, sebuah kota yang terletak di dataran tinggi Jawa Timur, telah lama dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan udaranya yang sejuk. Namun, lebih dari sekadar lanskap pegunungan dan perkebunan apel yang menyegarkan, Malang menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang tak ternilai harganya. Bagi para pelancong yang mencari pengalaman liburan yang tidak hanya menyegarkan pikiran tetapi juga memperkaya wawasan, wisata bersejarah di Malang adalah pilihan yang sangat tepat. Keistimewaannya tidak hanya terletak pada nilai historisnya, tetapi juga pada kemudahan akses dan biaya masuk yang relatif terjangkau, menjadikannya destinasi ideal untuk healing sekaligus menambah pengetahuan.
Keunggulan lain dari destinasi wisata di Malang adalah lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi. Rambu-rambu penunjuk jalan yang jelas akan memandu para wisatawan menuju berbagai situs bersejarah yang tersebar di penjuru kota dan sekitarnya. Dengan demikian, perjalanan menuju tempat-tempat yang menyimpan cerita masa lalu ini akan terasa nyaman dan tanpa hambatan.
Berikut adalah beberapa rekomendasi tempat wisata bersejarah di Malang yang wajib Anda kunjungi, baik saat berlibur seorang diri untuk mencari ketenangan maupun bersama keluarga untuk berbagi pengalaman edukatif:
1. Museum Angkut: Menjelajahi Evolusi Transportasi dari Masa ke Masa
Museum Angkut, yang berlokasi di Kota Batu, tidak jauh dari pusat Kota Malang, menawarkan sebuah perjalanan waktu yang unik melalui evolusi alat transportasi. Museum ini bukan sekadar tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, melainkan sebuah wahana edukasi dan rekreasi yang dirancang dengan konsep yang kreatif dan interaktif. Daya tarik utamanya terletak pada koleksi ratusan alat transportasi dari berbagai era dan penjuru dunia.
Saat memasuki Museum Angkut, pengunjung akan disambut oleh deretan kendaraan tradisional yang pernah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia, seperti dokar yang ditarik kuda dan becak yang dikayuh dengan tenaga manusia. Melangkah lebih jauh, mata akan dimanjakan dengan jajaran mobil-mobil klasik dan antik yang ikonik, saksi bisu perkembangan industri otomotif dunia. Tidak ketinggalan pula koleksi sepeda motor kuno dengan desain yang unik dan menarik perhatian.
Museum ini juga memamerkan kendaraan militer yang gagah dan pesawat terbang yang pernah mengangkasa. Setiap zona di Museum Angkut dirancang dengan latar belakang dan suasana yang sesuai dengan tema kendaraan yang dipamerkan, menciptakan pengalaman yang mendalam dan imersif bagi para pengunjung. Dengan tiket masuk yang terjangkau, yaitu sekitar Rp110.000 per orang, Museum Angkut menjadi destinasi yang edukatif dan menghibur bagi semua kalangan usia.
2. Indonesian Old Cinema Museum: Nostalgia Gemilang Sejarah Perfilman Tanah Air
Bagi para pecinta film, sejarah perfilman Indonesia, dan budaya pop, Indonesian Old Cinema Museum di Kota Malang adalah sebuah surga yang menawarkan daya tarik yang unik dan membangkitkan kenangan. Museum ini menyimpan ratusan poster film Indonesia klasik dari berbagai dekade, mulai dari era awal perfilman hingga tahun 1990-an. Setiap poster menceritakan kisah tersendiri tentang perkembangan sinema Indonesia, tren budaya pada masanya, serta para bintang film legendaris yang pernah menghiasi layar lebar.
Selain poster film, museum ini juga memamerkan berbagai artefak dan memorabilia yang berkaitan dengan dunia perfilman Indonesia, seperti alat-alat syuting kuno, proyektor film, dan foto-foto behind the scenes yang langka. Mengunjungi Indonesian Old Cinema Museum adalah seperti melakukan perjalanan waktu ke masa-masa keemasan film Indonesia, di mana cerita-cerita lokal mampu memikat hati jutaan penonton. Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, hanya sekitar Rp30.000 per orang, museum ini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang tertarik dengan sejarah dan budaya visual Indonesia.
3. Kawasan Ijen: Jejak Arsitektur Kolonial Belanda yang Memukau
Kawasan Ijen di Kota Malang adalah sebuah area bersejarah yang mempesona dengan jejak arsitektur kolonial Belanda yang masih terjaga dengan baik. Saat menyusuri jalan-jalan di kawasan ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang megah dan elegan, seperti Gereja Katedral Santa Theresia yang lebih dikenal sebagai Gereja Ijen. Gereja ini merupakan salah satu ikon arsitektur kolonial di Malang dengan desainnya yang khas dan sejarahnya yang panjang.
Selain gereja, kawasan Ijen juga dihiasi dengan rumah-rumah bergaya Belanda yang memiliki ciri khas atap tinggi, jendela-jendela besar, dan taman-taman yang asri. Keunikan lain dari kawasan ini adalah nama-nama jalannya yang terinspirasi dari gunung-gunung yang ada di Indonesia, seperti Jalan Ijen, Jalan Semeru, dan Jalan Bromo, menciptakan sebuah atmosfer geografis yang menarik di tengah kota. Kawasan Ijen dibangun sejak sekitar tahun 1935 oleh arsitek Belanda bernama Herman Thomas Karsten, seorang tokoh penting dalam perencanaan kota di Indonesia pada masa itu. Berjalan-jalan di kawasan ini akan memberikan pengalaman seperti kembali ke masa lalu, menikmati keindahan arsitektur kolonial yang sarat akan sejarah.
4. Masjid Bungkuk: Saksi Bisu Perkembangan Islam di Malang Raya
Masjid Bungkuk, yang juga dikenal dengan nama Masjid At-Thohiriyah, merupakan salah satu masjid tertua di wilayah Malang Raya. Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh KH Hamimuddin, seorang tokoh agama yang juga merupakan bekas prajurit Pangeran Diponegoro. Keberadaan masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan agama Islam di wilayah Malang dan sekitarnya selama berabad-abad.
Arsitektur Masjid Bungkuk memiliki ciri khas bangunan tradisional Jawa dengan sentuhan pengaruh Islam. Bentuk atap yang melengkung atau "bungkuk" menjadi salah satu daya tarik utama masjid ini. Selain nilai sejarah dan arsitekturnya, Masjid Bungkuk juga memiliki nilai spiritual dan budaya yang tinggi bagi masyarakat setempat. Mengunjungi masjid ini tidak hanya memberikan kesempatan untuk melihat bangunan bersejarah, tetapi juga untuk merasakan kedamaian dan kekhusyukan tempat ibadah yang telah berdiri selama ratusan tahun. Tidak ada biaya tiket masuk untuk mengunjungi Masjid Bungkuk, sehingga semua orang dapat dengan bebas mengagumi keindahan dan sejarahnya.
5. Pemandian Ken Dedes: Kisah Cinta dan Legenda di Balik Keindahan Alam
Pemandian Ken Dedes, yang juga dikenal sebagai Petirtaan Watugede, dipercaya sebagai tempat mandi Ken Dedes, seorang tokoh legendaris yang dikenal sebagai wanita tercantik pada masanya dan merupakan permaisuri dari pendiri Kerajaan Singosari, Ken Arok. Kisah tentang Ken Arok yang terpikat oleh kecantikan Ken Dedes saat melihat betisnya memancarkan sinar di tempat pemandian ini menambah daya tarik mistis dan romantis pada situs ini.
Selain nilai sejarah dan legendanya, Pemandian Ken Dedes juga menawarkan keindahan alam yang menyejukkan. Airnya yang jernih berasal dari sumber mata air alami, dan lingkungannya yang hijau dan asri menciptakan suasana yang tenang dan damai. Struktur bangunan pemandian yang terbuat dari batu alam juga menambah kesan kuno dan alami. Mengunjungi Pemandian Ken Dedes tidak hanya memberikan kesempatan untuk melihat situs bersejarah, tetapi juga untuk menikmati keindahan alam dan merasakan atmosfer legenda yang melekat padanya. Dengan tiket masuk yang sangat murah, hanya sekitar Rp10.000 per orang, pemandian ini menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan keindahan sejarah.
Dengan beragam pilihan wisata bersejarah yang menarik dan mudah dijangkau, Malang menawarkan pengalaman liburan yang tak terlupakan. Setiap tempat menyimpan cerita dan keunikan tersendiri, memberikan wawasan baru tentang masa lalu dan kekayaan budaya Indonesia. Jadi, jangan ragu untuk menjelajahi pesona wisata bersejarah di Malang, baik untuk healing diri sendiri maupun berbagi pengalaman berharga bersama keluarga tercinta.