Malang, malangterkini.id - Pemerintah Kota Malang, melalui Dinas Tenaga Kerja, Penanaman Modal, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Disnaker-PMPTSP), terus berupaya meningkatkan kesejahteraan para pekerja di industri hasil tembakau. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan menggelar Pelatihan Olahan Pangan yang berlangsung di The Grand Palace Hotel Malang. Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Disnaker-PMPTSP Kota Malang, Arif Tri Sastyawan, pada Senin, 8 September 2025, dan diikuti oleh 55 pekerja pabrik rokok.
Program pelatihan ini merupakan hasil kerja sama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Alieta Putra Mandiri dan didanai oleh Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Tujuannya adalah untuk membekali para pekerja dengan keterampilan tambahan yang dapat membuka peluang penghasilan alternatif. Arif Tri Sastyawan menjelaskan, "Harapan kami, pelatihan ini bisa memberikan bekal agar para pekerja tidak hanya bergantung pada satu pekerjaan. Jika keterampilan ini diterapkan, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan."
Pelatihan ini berlangsung selama enam hari, dari tanggal 8 hingga 13 September 2025. Selama periode tersebut, para peserta akan menerima materi teori, melakukan praktik intensif, dan mengikuti ujian pada akhir kegiatan. Selain itu, setiap peserta juga akan mendapatkan peralatan lengkap sebagai modal awal untuk memulai usaha. "Kami tidak ingin pelatihan hanya sebatas teori. Oleh karena itu, dana cukai juga digunakan untuk menyediakan peralatan," tegas Arif.
Untuk memastikan hasil pelatihan benar-benar dimanfaatkan, Disnaker-PMPTSP akan menerapkan mekanisme kontrol rutin. "Kami akan memeriksa kemajuan minimal sebulan sekali. Jangan sampai ilmu yang diberikan tidak dipraktikkan, apalagi sampai peralatan yang diterima dijual," ungkap Arif, menekankan pentingnya komitmen dari para peserta.
Keputusan untuk memilih pelatihan di bidang olahan pangan didasarkan pada potensi besar sektor kuliner di Kota Malang. Sektor ini menjadi salah satu pilar utama investasi, dengan dominasi hingga 55 persen dari total investasi kota. Arif memaparkan, "Target investasi tahun ini mencapai Rp3 triliun, naik signifikan dari Rp1,48 triliun pada tahun 2024. Sektor kuliner dan UMKM menjadi tulang punggung pencapaian ini. Karena itu, kami berharap para peserta dapat melihat peluang yang ada."
Selain olahan pangan, dua program pelatihan lain juga akan diselenggarakan menggunakan sumber dana yang sama, yaitu pelatihan digital marketing dan barista. "Keduanya sedang tren dan kami prioritaskan bagi pekerja rokok. Setelah itu, baru pekerja informal lainnya bisa berpartisipasi," tambah Arif.
Melalui serangkaian program pelatihan ini, pemerintah Kota Malang optimistis dapat menekan angka pengangguran terbuka yang saat ini berada di 6,2 persen. "Kami akan terus mendukung UMKM agar semakin kuat, menarik investasi, dan mampu menyerap tenaga kerja lokal," pungkas Arif. Inisiatif ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, di mana setiap pekerja memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga.