Malang, malangterkini.id - Kabupaten Malang kembali dihadapkan pada kabar mengejutkan terkait kesehatan pelajar, menyusul insiden dugaan keracunan makanan yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al-Khalifah di Kepanjen. Berdasarkan perkembangan data terbaru dari pihak kepolisian, jumlah siswa yang diduga mengalami keracunan setelah menyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG) dilaporkan mengalami peningkatan yang signifikan.
Peningkatan jumlah pelajar yang menjadi korban dugaan keracunan ini menjadi perhatian serius. Awalnya, kepolisian mencatat ada 27 orang pelajar, namun kini angka tersebut bertambah delapan orang, menjadikan total sementara siswa yang terdampak mencapai 35 orang. Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Polres Malang, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Bambang Subinanjar, dalam keterangannya kepada media pada hari Jumat, 24 Oktober 2025.
"Terdapat penambahan delapan individu, sehingga total pelajar yang diduga mengalami keracunan kini menjadi 35 orang, naik dari sebelumnya 27 orang," jelas AKP Bambang Subinanjar.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah korban, kondisi para pelajar yang terdampak dilaporkan berangsur membaik. Dari total 35 pelajar, delapan di antaranya masih memerlukan perawatan intensif atau observasi di fasilitas kesehatan. Menurut keterangan Bambang, pemantauan tim medis menunjukkan bahwa kondisi mereka menunjukkan perbaikan.
Delapan pelajar yang masih dirawat tersebut, yang rentang usianya antara 13 hingga 15 tahun, menjalani perawatan di dua lokasi berbeda. Sebagian menerima penanganan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, Kepanjen, sementara sisanya diobservasi di sebuah klinik swasta yang berada di wilayah setempat.
AKP Bambang Subinanjar menegaskan komitmen kepolisian dalam mengawal penanganan kesehatan para korban. "Kami telah menjalin koordinasi erat dengan manajemen rumah sakit dan Dinas Kesehatan setempat guna memastikan setiap pelajar menerima perawatan yang maksimal dan optimal," ujarnya.
Langkah Penyelidikan dan Pengujian Laboratorium
Bersamaan dengan pemantauan kondisi kesehatan para siswa, pihak Polres Malang juga tengah gencar melakukan proses investigasi untuk mengungkap penyebab pasti dari dugaan keracunan massal ini. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Malang telah bergerak cepat dengan memanggil beberapa pihak terkait untuk dimintai keterangan.
Bambang mengungkapkan bahwa tiga individu telah diinterogasi pada hari tersebut sebagai bagian dari proses penyelidikan. Mereka adalah guru dari sekolah tersebut, kepala bagian dapur penyedia makanan, serta pengemudi yang bertugas mengantarkan paket Makanan Bergizi Gratis (MBG) ke MTS Al-Khalifah.
Selain penyelidikan terhadap saksi-saksi, upaya lain yang tak kalah penting adalah menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan yang sebelumnya telah diambil dari lokasi sekolah. Hasil uji lab ini diharapkan dapat memberikan kepastian ilmiah mengenai kandungan makanan dan menjadi petunjuk utama dalam penyidikan.
Dapur Penyedia Makanan Dihentikan Sementara
Menyikapi insiden keracunan yang menimpa puluhan pelajar tersebut, Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara operasional dapur penyedia Makanan Bergizi Gratis (SPPG) yang berlokasi di Kepanjen Mangunrejo. Penghentian sementara ini diberlakukan demi kepentingan investigasi.
"Badan Gizi Nasional telah mengeluarkan keputusan untuk menghentikan operasional dapur SPPG Malang Kepanjen Mangunrejo untuk sementara waktu guna memfasilitasi proses investigasi menyeluruh," terang Bambang. Ia menambahkan bahwa keputusan ini akan berlaku sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Bambang juga menambahkan bahwa penghentian sementara operasional dapur tersebut bertujuan ganda, yakni memberikan waktu bagi pihak pengelola untuk mengevaluasi dan melengkapi Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Gizi Nasional.
Kepolisian memastikan akan terus mengawal seluruh proses investigasi hingga hasil pemeriksaan laboratorium dirilis. "Kami sepenuhnya mendukung upaya evaluasi yang tengah dilakukan, dengan harapan agar program makanan bergizi gratis ini di masa mendatang dapat berjalan dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dan senantiasa memenuhi standar kesehatan yang berlaku," tutup Bambang Subinanjar.


.png)


